Nova Kurniawati (NIM: 13050110130027)

Nova Kurniawati (NIM: 13050110130027)

Thursday, March 8, 2012

DRAMA NOH

1. Definisi Noh
Drama Noh adalah sebuah jenis drama yang bersifat agak berbeda dengan drama-drama lain. Drama Noh pada hakekatnya adalah bentuk drama asli Jepang yang pertama.
Arti kata Noh ialah “pertunjukan”. Kata ini sebenarnya sebuah singkatan kata sarugaku-no-Noh, “pertunjukan sarugaku” atau den’gaku. Kemudian karena perkembangan lebih besar dari sarugaku, kata Noh jadi mendapat arti “pertunjukan sebuah drama yang berasal dari sarugaku”.
Noh (能) atau Nōgaku (能楽) adalah bentuk utama dari drama musik klasik Jepang yang telah dilakukan sejak abad ke-14. Banyak karakter bertopeng, dengan laki-laki memainkan peran laki-laki dan perempuan. Secara tradisional, Noh berlangsung sepanjang hari dan terdiri dari lima Noh diselingi dengan potongan Kyōgen. Namun, sekarang pertunjukan Noh sering terdiri dari dua drama, Noh dan Kyōgen.
Noh tersusun atas mai (tarian), hayashi (musik) dan utai (kata-kata yang biasanya dalam lagu-lagu). Pelakon menggunakan topeng dan menari secara lambat.
Ciri khas lainnya adalah sang aktor utama yang berpakaian kostum sutera bersulam warna-warni, dan mengenakan topeng kayu berlapis lacquer. Topeng topeng itu menggambarkan tokoh-tokoh seperti orang yang sudah tua, wanita muda atau tua, dewa, hantu, dan anak laki-laki.
2. Sejarah Noh
Yang memulai Drama Noh adalah biksu-biksu Budha Zen, yang melakukannya bersama dengan usaha mereka untuk mempergunakan bahasa Cina sebagai alat kesusastraan penting di Jepang.
Pada zaman Kamakura Drama Noh dan selingan jenaka Kyōgen berasal dari den’gaku dan sarugaku (猿楽). Den’gaku berkembang dari sebuah tari yang dilakukan di sawah untuk memohon karunia dewa supaya diberi panen. Sarugaku diselenggarakan dengan iringan music Cina yang dinamakan san’gaku. Kedua pertunjukan ini, den’gaku dan sarugaku, diselenggarakan bersamaan dengan perayaan-perayaan Shinto.
Pada paruh kedua periode Kamakura (1185-1333) dan bagian awal periode Muromachi (1336 -1573), putra Zeami, Kan’ami, mewarisi Noh dari ayahnya (salah satu tokoh sejarah paling penting dalam teater Jepang) dan menyempurnakannya melalui mengembangkan gagasan tentang Yugen atau "keindahan misterius", Noh juga berada di bawah pengaruh dari beberapa seni popular seperti Heike Monogatari dan Konjaku Monogatari serta Buddhisme Zen.
Kan'ami dan putranya Zeami Motokiyo membawa Noh di bawah perlindungan yang kuat Ashikaga klan, khususnya shogun ketiga, Ashikaga Yoshimitsu (1358-1408). Ini nantinya akan mempengaruhi bentuk-bentuk dramatis lain seperti kabuki dan Butoh.
Setelah jatuhnya Keshogunan Tokugawa, Noh juga berada di posisi krisis pada periode Meiji (1868-1912). Selama zaman Meiji, meskipun patronase pemerintah hilang, Noh dan kyōgen menerima pengakuan resmi sebagai dua dari tiga bentuk drama nasional.
3. Isi
3.1. Kategori Noh
a. Mugen Noh (梦幻能) biasanya berhubungan dengan roh, hantu-hantu, dan dunia supranatural.
b. Genzai Noh (现在能), menggambarkan peristiwa normal dari dunia sehari-hari.
c. Geki Noh (剧能), drama didasarkan sekitar kemajuan plot dan narasi tindakan.
d. Furyū Noh (风流能), memainkan tari, lebih fokus pada kualitas estetika tarian dan lagu-lagu.
3.2. Pelakon Noh
Biasanya, semua pelakon Noh ialah laki-laki. Jadi apabila ada seorang wanita atau anak perempuan muncul itu berarti aktor pria memainkan perannya dengan mengenakan topeng wanita. Kemampuan mereka telah dilatih ayahnya
3.3. Peran
Ada empat kategori utama pemain Noh: Shite , Waki , kyōgen , dan Hayashi:
a. Shite (仕手,シテ), shite muncul pertama kali sebagai manusia dan kemudian sebagai hantu, peran pertama dikenal sebagai maeshite dan kemudian sebagai nochishite. Shitetsure (仕手連れ,シテヅレ). Para shite itu pendamping. Kadang-kadang shitetsure disingkat tsure (連れ,ツレ), istilah ini mengacu pada shitetsure dan wakitsure. Kōken (后见) adalah tahap tangan, biasanya satu sampai tiga orang. Jiutai (地謡) adalah paduan suara, biasanya terdiri dari enam sampai delapan orang.
b. Waki (胁,ワキ) adalah mitra atau foil dari shite. Wakitsure (脇連れ,ワキヅレ) atau Waki-tsure adalah pendamping dari Waki .
c. Kyōgen (狂言), aikyōgen (相狂言) selingan selama pertunjukan. Pemain Kyōgen juga melakukan drama terpisah dengan pemain Noh individu.
d. Hayashi (囃子) atau Hayashi-kata (囃子方) adalah instrumentalis yang memainkan empat instrumen yang digunakan dalam Noh teater: yang seruling melintang (笛 fue), drum pinggul (大鼓 ōtsuzumi) atau Okawa (大皮), drum bahu (小鼓 kotsuzumi), dan tongkat-drum (太鼓 taiko). Seruling yang digunakan untuk Noh secara khusus disebut nōkan (能管).
Noh selalu melibatkan paduan suara, orkestra, dan setidaknya satu shite dan satu Waki.
3.4. Elemen dalam Noh
1) Panggung
Panggung Noh dibangun dari hinoki (cemara Jepang). Di bagian belakang panggung adalah Kagami-ita (panel belakang, biasanya menampilkan sebuah pohon pinus dicat) Di bagian depan panggung adalah kizahashi (tangga dekoratif). sisi kiri panggung adalah hashigakari (bridgeway) dan bagian belakang hashigakari adalah agemaku (tirai) yang menandai pintu masuk ke area belakang panggung.
2) Topeng
Para pemainnya selalu menggunakan penutup muka sesuai peran yang mereka mainkan. Mulai dari topeng beraut orang tua, wanita cantik, lelaki berperangai buruk, setan, monster, dan tak lupa kaum dewa. Maka tak heran, Teater Nasional Noh memiliki puluhan jenis topeng untuk beragam peran. Mulai dari topeng beraut orang tua, wanita cantik, lelaki berperangai buruk, setan, monster, dan tak lupa kaum dewa.
Awalnya ada sekitar 60 jenis dasar topeng Noh, sekarang ada lebih dari 200 jenis berbeda yang digunakan. Tepeng Noh dibagi menjadi enam tipe , yaitutopeng orang tua ( 翁面(おきなめん)), topeg orang dewasa (尉面(いめん)), topeng wanita (女面(おんなめん)), topeng laki-laki (男面(おとこめん)), topeng karakter hayalan (Kishin), topeng hantu dan arwah (Onryō).
3) Tarian dan Instrument
Tarian dan instrument merupakan bentuk komperhensif dari seni Noh. Tarian di dalam Noh berbeda dengan tarian biasa. Secara etimologi, tarian umumnya disebut “odori” (踊り), namun dalam Noh tarian disebut “ mai” (舞), yaitu tarian utuk Tuhan. Mai menjadi fondasi yang kuat dalam kesatuan Noh, mempunyai arti yang dalam. Terkadang karakter dasar dalam peran dapat terlihat dari mai.
Sebagian besar berdialog dengan diiringi alunan suara yang keluar dari beragam alat musik tradisional Jepang. Misanya Kato, gitar klasik Jepang, maupun gendang dan suling.
4. Pendapat
Sebagai sebuah apresiasi dari suatu kesenian klasik, drama Noh sangat menarik untuk dinikmati sebagai sebuah karya seni yang unik dan berbeda dengan drama lain, karena Noh mempunyai ciri khas tersendiri.
Noh merupakan drama klasik Jepang yang para pelakonnya menggunakan topeng. Noh, bila dibandingkan dengan seni tradisional di Indonesia, mirip seperti Tari Topeng yang berasal dari Cirebon.
Pada dasarnya masing-masing topeng yang ada dalam Tari Topeng mewakili masing-masing karakter yang menggambarkan perwatakan manusia, begitu pula dalam Noh, setiap topeng dalam Noh juga mewakili karakter tertentu. Topeng-topeng Noh menggambarkan tokoh-tokoh seperti orang yang sudah tua, wanita muda atau tua, dewa, hantu, dan anak laki-laki.
Semua pemain dalam Drama Noh adalah laki-laki. Karakter perempuan yang muncul dalam Drama Noh juga diperankan oleh laki-laki. Namun dalam Tari Topeng, pemainnya bisa laki-laki maupun perempuan.
Noh berupa tarian dengan gerakan yang lambat yang diiringi dengan empat instrumen yaitu seruling, drum pinggul, drum bahu, dan tongkat-drum. Sedangkan ciri khas dari Tari Topeng adalah gerakan tangan dan tubuh yang gemulai, serta iringan musik yang didominasi oleh kendang dan rebab.
Tari Topeng biasanya sang penari berganti topeng hingga tiga kali secara simultan, yaitu topeng warna putih, kemudian biru dan ditutup dengan topeng warna merah. Uniknya, tiap warna topeng yang dikenakan, gamelan yang ditabuh pun semakin keras sebagai perlambang dari karakter tokoh yang diperankan. Sedangkan dalam Drama Noh, seorang pemain hanya memerankan satu karakter saja.
Terkadang Tari Topeng dimainkan oleh satu penari tarian solo, atau bisa juga dimainkan oleh beberapa orang. Sementara, dalam pementasan Drama Noh, satu-persatu pemainnya menari bergantian diatas panggung.
Para pakaian yang dikenakan oleh para pemain Drama Noh biasanya banyak terdapat dihiasan dan bermakna simbolis tergantung pada jenis peran yang dimainkan. Kostum untuk shite khususnya mewah, tetapi semakin kurang mewah untuk tsure, wakizure, dan aikyōgen. Sementara dalam Tari Topeng, busana yang dikenakan penari biasanya selalu memiliki unsur warna kuning, hijau dan merah yang terdiri dari toka-toka, apok, kebaya, sinjang, dan ampreng.
Selama berabad-abad, sesuai dengan visi Zeami, kostum Noh ditiru pakaian yang benar-benar karakter akan memakai, apakah itu menjadi jubah formal dari sebuah punggawa atau pakaian jalan seorang petani atau biasa. Ia tidak sampai akhir abad keenam belas yang bergaya kostum Noh berikut konvensi simbolik dan gaya tertentu menjadi norma.
Pementasan Noh pada umumnya bertemakan tragedi, tetapi juga memiliki variasi tema, cerita dalam Tari Topeng pun banyak sekali ragamnya, dan mengalami perkembangan dalam hal gerakan, maupun cerita yang ingin disampaikan.
Panggung Noh dibangun secara khusus dan memiliki desain khas. Sedangkan Tari Topeng (serta tari-tari lainnya di Indonesia) pada umumnya panggungnya tidak memiiki ciri tertentu, bahkan pertunjukan Tari Topeng bisa dilakukan tidak di panggung sekalipun, seperti di lapangan.




5. Lampiran
5.1. Cerita Noh
 Hagoromo
Dalam drama Hagoromo (Jubah Bulu Dari Langit) gubahan Zeami, diceritakan seorang bidadari turun ke pesisir laut propinsi Suruga. Setelah menggantungkan jubahnya yang terbuat dari bulu pada sebatang pohon cemara, ia kemudian mandi.
Beberapa nelayan melihat jubah bulu itu. Mereka bermaksud untuk membawanya pulang. Bidadari itu cepat-cepat memohon kepada para nelayan itu agar mengembalikan pakaiannya, karena tanpa itu, ia tidak akan bisa kembali ke langit.
Para nelayan itu semula menolak, tetapi kemudian mereka merasa kasihan pada bidadari itu dan bersedia mengembalikannya, dengan syarat bidadari itu terlebih dahulu harus menarikan “Tari Bidadari” yang terkenal.
Kemudian bidadari itu mengenakan pakaiannya dan menarikan “Tari Bidadari”.
5.2. Drama Noh



5.3. Topeng Noh




5.4. Panggung Noh




Daftar Pustaka

Nio Joe Lan. 1964. Sastera Jepang Sekilas Mata. Jakarta: Gunung Agung.
http://budaya-indonesia.org/iaci/Tari_Topeng
http://karyasastrajepang.blogspot.com/
http://wisatateater.blogspot.com/
http://wikipedia.org/wiki

1 comment: