Nova Kurniawati (NIM: 13050110130027)

Nova Kurniawati (NIM: 13050110130027)

Thursday, March 8, 2012

Ekspresi Suara Remaja - 11 Desember 2011

Cosplay Kudu Detail
Pastinya kamu punya tokoh anime favorit kan? Bayangkan bila kamu bertemu langsung dengannya! Hhmm, hal itu nggak lagi cuma mimpi, lho. Paling tidak selama anak-anak pencinta costum play (cosplay) sedang beraksi.
Nggak asing lagi dengan istilah cosplay, kan? Ya, dandanan pakaian dan make-up yang dibuat semirip mungkin dengan karakater dalam anime Jepang itu makin marak di Semarang. Acara cosplay gathering juga semakin sering diselenggarakan.
Pernahkah kamu bayangkan, bagaimana sebenarnya usaha para cosplayer (sebutan untuk orang yang bermain cosplay) membuat karyanya seapik mungkin?
Sebagai seorang cosplayer, Ilya Aktop (20) tahu banget bagaimana tahapan membuat kostum untuk cosplay. Cewek yang satu itu memang sering nongol di lomba-lomba cosplay di Semarang.
Bersama para sahabatnya, Nova Kurniawati (20) dan Asri Faisal (19), mereka tergabung dalam Kurokumo Cosplay Club, sebuah klub pencinta cosplay. ''Jenis cosplay ada beberapa. Di antaranya aliran orisinal dan anime. Keduanya punya tantangan tersendiri dalam membuatnya," tutur Ilya.
Cosplay orisinal maksudnya adalah karakter yang diciptakan sendiri oleh cosplayer, sedangkan anime tentu saja karakter yang sesuai dengan anime yang ada.
Menurut Asri, cosplay orisinal sangat membutuhkan kreativitas dan daya imajinasi yang tinggi. Cosplayer kudu mampu membuat penonton terkesan dengan karakater baru yang diciptakan.
"Sedangkan cosplay anime tentu saja tantangannya adalah bagaimana caranya si cosplayer mampu berdandan semirip mungkin dengan karakter yang diperankan," terangnya.
Wah, susah juga ya? Untungnya, mereka sudah terbiasa berkreasi sehingga apa yang ada di depan mata selalu bisa menjadi sumber inspirasi. "Ide bisa datang dari mana saja. Misalnya baca komik, melihat anime, nonton film bahkan melihat kostum teman pun bisa memancing ide, lho," kata Nova.
Tahapan paling awal dalam membuat kostum tentu saja adalah konsep. Gagasan tentang konsep harus benar-benar matang. Cosplayer kudu tahu banget desain pakaiannya, make-up dan aksesorinya hingga karakter yang akan dimainkan.
Jika konsep sudah matang, barulah bisa membeli bahan yang dibutuhkan dan membentuknya sesuai pola. Bahan untuk membuat cosplay juga nggak kudu mahal. Bahkan beberapa barang yang nganggur dan nggak berfungsi lagi, bisa dimanfaatkan.
Intinya, cosplay itu harus kreatif. Nggak cuma kreatif dalam kostum saja, tapi meliputi juga make-up dan aksesori. Nah, di sini bakat desainer para cosplayer diuji.
Cosplay yang berhasil menyedot perhatian banyak orang adalah karakter yang menggunakan kostum dengan detail yang baik. Nggak perlu mahal asal rapi. (62)

http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/12/11/169468/Cosplay-Kudu-Detail

Yoshimoto Banana

1. Biografi Yoshimoto Banana
Yoshimoto Banana (よしもと ばなな) merupakan seorang penulis kontemporer Jepang yang memiliki nama asli Mahoko Yoshimoto (吉本 真秀子). Yoshimoto Banana memilih nama pena "Banana" karena sangat menyukai pisang, sebuah nama yang mencerminkan "cute" dan "purposefully androgynous."
Yoshimoto Banana lahir pada tanggal 24 Juli 1964, di Tokyo. Yoshimoto Banana dilahirkan dikeluarga sastra, ayahnya, Tataki Yoshimoto adalah seorang kritikus sastra yang terkenal, penyair, dan komentator yang terkenal, karya-karyanya sangat terkenal pada gerakan pemuda radikal Jepang pada tahun 1960. Sedangkan adiknya Haruko Yoiko adalah seorang kartunis yang cukup terkenal di Jepang. Mereka dibesarkan dikeluarga yang liberal dan belajar nilai kemerdekaan diusia muda.
Yoshimoto Banana memulai karirnya sebagai penulis sambil bekerja sebagai pelayan disebuah restoran golf-klub di Jepang pada tahun 1987. Setiap hari ia menyampatkan waktu untuk menulis dikomputernya, minimal setengah jam dalam sehari. Penulis Amerika Stephen King merupakan pengaruh besar dalam karirnya, dan memberikan inspiransi terutama dari cerita-cerita horornya.
Novel pertamanya, Kitchen membuat namanya menjadi sangat terkenal, baik di Jepang maupun di seluruh dunia. Walaupun demikian, Yoshimoto Banana tetap tampil sederhana dimuka umum, dan kesedrehananya lah yang menjadikankan menjadi seorang novelis yang sukses. Dia menutup diri demikian rapat dalam kehidupan pribadi, sehingga tak banyak yang tahu mengenai masalah pribadinya, sampai ia menikah dengan suaminya yang bernama Hiroshi Tahata, dan pada tahun 2003 Ia melahirkan seorang anak. Pada publik, Yoshimoto hanya bersedia berbicara tentang dunia kepenulisan.
Yoshimoto Banana lulus dari Nihon University's Art College, jurusan Sastra. Kisah kelulusannya tertuang dalam novelnya yang berjudul Moonlight Shadow (1986), dan dengan segera Yoshimoto Banana mndapatkan “Izumi Kyoka Prize” dari fakultasnya.
Diluar Jepang, Yoshimoto Banana memperoleh penghargaan di Italia: The Scanno Literary Prize pada bulan Juni 1993, The Fendissime Literary Prize pada tahun 1996, The Literary Prize Maschera d' argento pada bulan November 1999, dan The Capri Award pada tahun 2011.
Pada tahun 1998, Yoshimoto Banana menulis kata pendahuluan untuk edisi Italia dari buku karya Ryuichi Sakamoto. Percakapan oleh musicologist, Massimo Milano.

2. Karya-Karya Yoshimoto Banana
• Kitchen
Novel debut Yoshimoto Banana yang sukses dengan fenomenal yang diterbitkan pada tahun 1988. Berisi dua cerita, "Kitchen" dan "Moonlight Shadow," bercerita tentang seorang ibu transsexual, anak laki-lakinya yang tak biasa, dan seorang gadis yang menyukai dapur. Kitchen telah diterjemahkan ke dalam 20 bahasa.
Novel ini meraih penghargaan The 6th Kaien Newcomer Writers Prize pada bulan November 1987, The Umitsubame First Novel Prize, The 16th Izumi Kyoka Literary Prize pada bulan January 1988, The 39th edition Best Newcomer Artists Recommended Prize dari Minister of Education pada bulan Agustus 1988.
Versi bahasa Inggrisnya diterbitkan dengan judul Kitchen pada tahun 1993. Diadaptasi mejadi film pada tahun 1997, disutradarai oleh Morita Yoshimitsu. Dan seorang sutradara Hong Kong, Ho Yim membuat sebuah versi kartun dari Kitchin.
• Goodbye Tsugumi
Pada bulan Maret 1989, memperoleh penghargaan The 2nd Yamamoto Shugoro Literary Prize. Pada tahun 1989 diterbitkan di Korea Selatan. Diangkat menjadi film pada tahun 1990, disutradarai oleh Jun Ichikawa.
• Kanashii yokan “Sad Foreboding”
Diterbitkan pada tahun 1987.
• Utakata/Sankuchuari “Bubble/Sanctuary”
Diterbitkan pada tahun 1987.
• Asleep
Tiga kehehatan dan hantu, novel tentang perempuan dan hal yang diketahui di dalam tidur mereka. Diterbitkan pada tahun 1989.
• Painatsupurin “Pineapple”
Essay yang diterbitkan pada tahun 1989.
• N.P.
Sebuah novel tentang kematian, cinta, zina, dan kebenaran. Diterbitkan pada tahun 1990.
• Lizard
Kumpulan dari enam cerita pendek yang menyentuh, karma, dan takdir. Diterbitakan pada tahun 1993.
• Amurita “Amrita”
Sebuah novel besar tentang dukacita, impian, impian, bayangan, dan penemuan jiwa. Diterbitkan pada tahun 1994. Pada bulan November 1995, Amurita memperoleh The 5th Murasaki-shikibu Prize.
• Yume ni tsuite “About a Dream”
Essay yang diterbitkan pada tahun 1994

• Painappuru heddo “Pineapple Head”
Essay yang diterbitkan pada tahun 1995.
• Hardboiled & Hard Luck
Diterbitkan pada tahun 1999.
• Furin No Nanbei
Pada bulan Oktober 2000, memperoleh penghargaan The 10th edition Bunkamura Deux Magots Literary Prize.

Karya-Karya Yoshimoto Banana lainnya:
 ひな菊の人生 (幻冬舎文庫)
 アルゼンチンババア (幻冬舎文庫)
 High and dry (はつ恋)
 Sly
 Daisy's Life
 Argentina Hag
 L' abito di piume
 Presagio triste
 Il corpo sa tutto
 Arcobaleno
 Ricordi di un vicolo cieco
 Il coperchio del mare
 La piccola ombra
 Delfini
 Chie-chan e io
 Banana Yoshimoto and Nara Yoshitomo
 Mein Körper weiß alles:
 Un viaggio chiamato vita

3. Pendapat
Yoshimoto Banana, merupakan penulis Jepang kontemporer yang meraih banyak penghargaan, tidak hanya di Jepang namun juga di negara lain. Walaupun demikian, Yoshimoto Banana tetap hidup dalam kesederhanaan.
Karya Yoshimoto Banana sangat menyentuh perasaan. Yoshimoto Banana mempunyai gaya penulisan yang sederhana yang memungkinkannya untuk menguraikan persoalan yang berat tanpa rasa menyesakkan nafas. Gaya penulisannya ini sangat berpengaruh, tapi hal itu lebih condong kearah puitis daripada memuat permasalahan.
Yoshimoto Banana memilih kalimat-kalimat bijak, yang bersumber dari pemikiran yang dalam, kata-katanya lirih dan hening, mengandung ribuan perenungan. Cerita dalam novelnya bagus, menyajikan bagaimana perasaan, kata hati dan tingkah laku dari pribadi. Yoshimoto Banana menyisipkan pandangan-pandangannya tentang hidup dari sisi yang berbeda.
Dengan membaca karya Yoshimoto Banana, sedikit banyak bisa mengetahui tentang budaya orang muda Jepang. Misalnya dari karya yang berjudul Hardboiled & Hard Luck, karakter narator di buku ini menggambarkan dengan baik apa yang dimaksud dengan tabah dalam budaya Jepang.
Karyanya mewakili gambaran kehidupan para muda-mudi Jepang yang lelah dan frustasi menghadapi dunia urban megapolitan, tema yang telah sering disinggung tapi tak pernah mati. Yoshimoto Banana menulis cerita dengan kehangatan dan kepolosan yang tahan uji.
Melalui perjuangan tokoh Mikage dan Yuichi dalam Kitchen diceritakan akibat dari rasa terkejut dan kematian yang menghancurkan perasaan, tanpa disangka malah bisa membuat mereka menjadi tergerak. Mereka mencoba untuk menciptakan sebuah jalan terang, kehidupan yang lebih bahagia bersama-sama di dalam kehidupan yang berisi kematian, untuk menemukan cara bagaimana melanjutkan kehidupan dalam sebuah lingkungan yang kejam dan tanpa kepedulian. Hal itulah yang semua orang coba lakukan. Yoshimoto Banana berusaha untuk menceritakan tentang pergerakan setelah kematian.
Hal yang menarik dari karya Yoshimoto Banana adalah detail yang ada, sebagai latar belakang cerita, hal-hal kecil seperti baju yang dipilih tokoh hingga deskripsi yang disajikannya, membuat karyanya menjadi unik dan berkesan.
Mungkin hal yang paling menarik tentang karya Yoshimoto Banana adalah kedekatannya dengan pembaca. Yoshimoto Banana menulis cerita yang mengundang rasa ingin tahu dan menarik, hal itu menimbulkan berbagai pertanyaan tentang dirinya.












4. Lampiran
4.1. Yoshimoto Banana

4.2. Karya-Karya Yoshimoto Banana



Daftar Pustaka
http://www.abyss.hubbe.net
http://www.amazon.com
http://www.bookslut.com
http://www.britannica.com
http://www.en.wikipedia.org
http://www.librarything.com

DRAMA NOH

1. Definisi Noh
Drama Noh adalah sebuah jenis drama yang bersifat agak berbeda dengan drama-drama lain. Drama Noh pada hakekatnya adalah bentuk drama asli Jepang yang pertama.
Arti kata Noh ialah “pertunjukan”. Kata ini sebenarnya sebuah singkatan kata sarugaku-no-Noh, “pertunjukan sarugaku” atau den’gaku. Kemudian karena perkembangan lebih besar dari sarugaku, kata Noh jadi mendapat arti “pertunjukan sebuah drama yang berasal dari sarugaku”.
Noh (能) atau Nōgaku (能楽) adalah bentuk utama dari drama musik klasik Jepang yang telah dilakukan sejak abad ke-14. Banyak karakter bertopeng, dengan laki-laki memainkan peran laki-laki dan perempuan. Secara tradisional, Noh berlangsung sepanjang hari dan terdiri dari lima Noh diselingi dengan potongan Kyōgen. Namun, sekarang pertunjukan Noh sering terdiri dari dua drama, Noh dan Kyōgen.
Noh tersusun atas mai (tarian), hayashi (musik) dan utai (kata-kata yang biasanya dalam lagu-lagu). Pelakon menggunakan topeng dan menari secara lambat.
Ciri khas lainnya adalah sang aktor utama yang berpakaian kostum sutera bersulam warna-warni, dan mengenakan topeng kayu berlapis lacquer. Topeng topeng itu menggambarkan tokoh-tokoh seperti orang yang sudah tua, wanita muda atau tua, dewa, hantu, dan anak laki-laki.
2. Sejarah Noh
Yang memulai Drama Noh adalah biksu-biksu Budha Zen, yang melakukannya bersama dengan usaha mereka untuk mempergunakan bahasa Cina sebagai alat kesusastraan penting di Jepang.
Pada zaman Kamakura Drama Noh dan selingan jenaka Kyōgen berasal dari den’gaku dan sarugaku (猿楽). Den’gaku berkembang dari sebuah tari yang dilakukan di sawah untuk memohon karunia dewa supaya diberi panen. Sarugaku diselenggarakan dengan iringan music Cina yang dinamakan san’gaku. Kedua pertunjukan ini, den’gaku dan sarugaku, diselenggarakan bersamaan dengan perayaan-perayaan Shinto.
Pada paruh kedua periode Kamakura (1185-1333) dan bagian awal periode Muromachi (1336 -1573), putra Zeami, Kan’ami, mewarisi Noh dari ayahnya (salah satu tokoh sejarah paling penting dalam teater Jepang) dan menyempurnakannya melalui mengembangkan gagasan tentang Yugen atau "keindahan misterius", Noh juga berada di bawah pengaruh dari beberapa seni popular seperti Heike Monogatari dan Konjaku Monogatari serta Buddhisme Zen.
Kan'ami dan putranya Zeami Motokiyo membawa Noh di bawah perlindungan yang kuat Ashikaga klan, khususnya shogun ketiga, Ashikaga Yoshimitsu (1358-1408). Ini nantinya akan mempengaruhi bentuk-bentuk dramatis lain seperti kabuki dan Butoh.
Setelah jatuhnya Keshogunan Tokugawa, Noh juga berada di posisi krisis pada periode Meiji (1868-1912). Selama zaman Meiji, meskipun patronase pemerintah hilang, Noh dan kyōgen menerima pengakuan resmi sebagai dua dari tiga bentuk drama nasional.
3. Isi
3.1. Kategori Noh
a. Mugen Noh (梦幻能) biasanya berhubungan dengan roh, hantu-hantu, dan dunia supranatural.
b. Genzai Noh (现在能), menggambarkan peristiwa normal dari dunia sehari-hari.
c. Geki Noh (剧能), drama didasarkan sekitar kemajuan plot dan narasi tindakan.
d. Furyū Noh (风流能), memainkan tari, lebih fokus pada kualitas estetika tarian dan lagu-lagu.
3.2. Pelakon Noh
Biasanya, semua pelakon Noh ialah laki-laki. Jadi apabila ada seorang wanita atau anak perempuan muncul itu berarti aktor pria memainkan perannya dengan mengenakan topeng wanita. Kemampuan mereka telah dilatih ayahnya
3.3. Peran
Ada empat kategori utama pemain Noh: Shite , Waki , kyōgen , dan Hayashi:
a. Shite (仕手,シテ), shite muncul pertama kali sebagai manusia dan kemudian sebagai hantu, peran pertama dikenal sebagai maeshite dan kemudian sebagai nochishite. Shitetsure (仕手連れ,シテヅレ). Para shite itu pendamping. Kadang-kadang shitetsure disingkat tsure (連れ,ツレ), istilah ini mengacu pada shitetsure dan wakitsure. Kōken (后见) adalah tahap tangan, biasanya satu sampai tiga orang. Jiutai (地謡) adalah paduan suara, biasanya terdiri dari enam sampai delapan orang.
b. Waki (胁,ワキ) adalah mitra atau foil dari shite. Wakitsure (脇連れ,ワキヅレ) atau Waki-tsure adalah pendamping dari Waki .
c. Kyōgen (狂言), aikyōgen (相狂言) selingan selama pertunjukan. Pemain Kyōgen juga melakukan drama terpisah dengan pemain Noh individu.
d. Hayashi (囃子) atau Hayashi-kata (囃子方) adalah instrumentalis yang memainkan empat instrumen yang digunakan dalam Noh teater: yang seruling melintang (笛 fue), drum pinggul (大鼓 ōtsuzumi) atau Okawa (大皮), drum bahu (小鼓 kotsuzumi), dan tongkat-drum (太鼓 taiko). Seruling yang digunakan untuk Noh secara khusus disebut nōkan (能管).
Noh selalu melibatkan paduan suara, orkestra, dan setidaknya satu shite dan satu Waki.
3.4. Elemen dalam Noh
1) Panggung
Panggung Noh dibangun dari hinoki (cemara Jepang). Di bagian belakang panggung adalah Kagami-ita (panel belakang, biasanya menampilkan sebuah pohon pinus dicat) Di bagian depan panggung adalah kizahashi (tangga dekoratif). sisi kiri panggung adalah hashigakari (bridgeway) dan bagian belakang hashigakari adalah agemaku (tirai) yang menandai pintu masuk ke area belakang panggung.
2) Topeng
Para pemainnya selalu menggunakan penutup muka sesuai peran yang mereka mainkan. Mulai dari topeng beraut orang tua, wanita cantik, lelaki berperangai buruk, setan, monster, dan tak lupa kaum dewa. Maka tak heran, Teater Nasional Noh memiliki puluhan jenis topeng untuk beragam peran. Mulai dari topeng beraut orang tua, wanita cantik, lelaki berperangai buruk, setan, monster, dan tak lupa kaum dewa.
Awalnya ada sekitar 60 jenis dasar topeng Noh, sekarang ada lebih dari 200 jenis berbeda yang digunakan. Tepeng Noh dibagi menjadi enam tipe , yaitutopeng orang tua ( 翁面(おきなめん)), topeg orang dewasa (尉面(いめん)), topeng wanita (女面(おんなめん)), topeng laki-laki (男面(おとこめん)), topeng karakter hayalan (Kishin), topeng hantu dan arwah (Onryō).
3) Tarian dan Instrument
Tarian dan instrument merupakan bentuk komperhensif dari seni Noh. Tarian di dalam Noh berbeda dengan tarian biasa. Secara etimologi, tarian umumnya disebut “odori” (踊り), namun dalam Noh tarian disebut “ mai” (舞), yaitu tarian utuk Tuhan. Mai menjadi fondasi yang kuat dalam kesatuan Noh, mempunyai arti yang dalam. Terkadang karakter dasar dalam peran dapat terlihat dari mai.
Sebagian besar berdialog dengan diiringi alunan suara yang keluar dari beragam alat musik tradisional Jepang. Misanya Kato, gitar klasik Jepang, maupun gendang dan suling.
4. Pendapat
Sebagai sebuah apresiasi dari suatu kesenian klasik, drama Noh sangat menarik untuk dinikmati sebagai sebuah karya seni yang unik dan berbeda dengan drama lain, karena Noh mempunyai ciri khas tersendiri.
Noh merupakan drama klasik Jepang yang para pelakonnya menggunakan topeng. Noh, bila dibandingkan dengan seni tradisional di Indonesia, mirip seperti Tari Topeng yang berasal dari Cirebon.
Pada dasarnya masing-masing topeng yang ada dalam Tari Topeng mewakili masing-masing karakter yang menggambarkan perwatakan manusia, begitu pula dalam Noh, setiap topeng dalam Noh juga mewakili karakter tertentu. Topeng-topeng Noh menggambarkan tokoh-tokoh seperti orang yang sudah tua, wanita muda atau tua, dewa, hantu, dan anak laki-laki.
Semua pemain dalam Drama Noh adalah laki-laki. Karakter perempuan yang muncul dalam Drama Noh juga diperankan oleh laki-laki. Namun dalam Tari Topeng, pemainnya bisa laki-laki maupun perempuan.
Noh berupa tarian dengan gerakan yang lambat yang diiringi dengan empat instrumen yaitu seruling, drum pinggul, drum bahu, dan tongkat-drum. Sedangkan ciri khas dari Tari Topeng adalah gerakan tangan dan tubuh yang gemulai, serta iringan musik yang didominasi oleh kendang dan rebab.
Tari Topeng biasanya sang penari berganti topeng hingga tiga kali secara simultan, yaitu topeng warna putih, kemudian biru dan ditutup dengan topeng warna merah. Uniknya, tiap warna topeng yang dikenakan, gamelan yang ditabuh pun semakin keras sebagai perlambang dari karakter tokoh yang diperankan. Sedangkan dalam Drama Noh, seorang pemain hanya memerankan satu karakter saja.
Terkadang Tari Topeng dimainkan oleh satu penari tarian solo, atau bisa juga dimainkan oleh beberapa orang. Sementara, dalam pementasan Drama Noh, satu-persatu pemainnya menari bergantian diatas panggung.
Para pakaian yang dikenakan oleh para pemain Drama Noh biasanya banyak terdapat dihiasan dan bermakna simbolis tergantung pada jenis peran yang dimainkan. Kostum untuk shite khususnya mewah, tetapi semakin kurang mewah untuk tsure, wakizure, dan aikyōgen. Sementara dalam Tari Topeng, busana yang dikenakan penari biasanya selalu memiliki unsur warna kuning, hijau dan merah yang terdiri dari toka-toka, apok, kebaya, sinjang, dan ampreng.
Selama berabad-abad, sesuai dengan visi Zeami, kostum Noh ditiru pakaian yang benar-benar karakter akan memakai, apakah itu menjadi jubah formal dari sebuah punggawa atau pakaian jalan seorang petani atau biasa. Ia tidak sampai akhir abad keenam belas yang bergaya kostum Noh berikut konvensi simbolik dan gaya tertentu menjadi norma.
Pementasan Noh pada umumnya bertemakan tragedi, tetapi juga memiliki variasi tema, cerita dalam Tari Topeng pun banyak sekali ragamnya, dan mengalami perkembangan dalam hal gerakan, maupun cerita yang ingin disampaikan.
Panggung Noh dibangun secara khusus dan memiliki desain khas. Sedangkan Tari Topeng (serta tari-tari lainnya di Indonesia) pada umumnya panggungnya tidak memiiki ciri tertentu, bahkan pertunjukan Tari Topeng bisa dilakukan tidak di panggung sekalipun, seperti di lapangan.




5. Lampiran
5.1. Cerita Noh
 Hagoromo
Dalam drama Hagoromo (Jubah Bulu Dari Langit) gubahan Zeami, diceritakan seorang bidadari turun ke pesisir laut propinsi Suruga. Setelah menggantungkan jubahnya yang terbuat dari bulu pada sebatang pohon cemara, ia kemudian mandi.
Beberapa nelayan melihat jubah bulu itu. Mereka bermaksud untuk membawanya pulang. Bidadari itu cepat-cepat memohon kepada para nelayan itu agar mengembalikan pakaiannya, karena tanpa itu, ia tidak akan bisa kembali ke langit.
Para nelayan itu semula menolak, tetapi kemudian mereka merasa kasihan pada bidadari itu dan bersedia mengembalikannya, dengan syarat bidadari itu terlebih dahulu harus menarikan “Tari Bidadari” yang terkenal.
Kemudian bidadari itu mengenakan pakaiannya dan menarikan “Tari Bidadari”.
5.2. Drama Noh



5.3. Topeng Noh




5.4. Panggung Noh




Daftar Pustaka

Nio Joe Lan. 1964. Sastera Jepang Sekilas Mata. Jakarta: Gunung Agung.
http://budaya-indonesia.org/iaci/Tari_Topeng
http://karyasastrajepang.blogspot.com/
http://wisatateater.blogspot.com/
http://wikipedia.org/wiki

Adat Fisik & Non FisikToraja

1. Adat Fisik Toraja
 Rumah Adat Toraja
Tongkonan adalah rumah tradisional Toraja yang berdiri di atas tumpukan kayu dan dihiasi dengan ukiran berwarna merah, hitam, dan kuning. Kata "tongkonan" berasal dari bahasa Toraja tongkon ("duduk").
Tongkonan merupakan pusat kehidupan sosial suku Toraja. Ritual yang berhubungan dengan tongkonan sangatlah penting dalam kehidupan spiritual suku Toraja oleh karena itu semua anggota keluarga diharuskan ikut serta karena Tongkonan melambangan hubungan mereka dengan leluhur mereka. Menurut cerita rakyat Toraja, tongkonan pertama dibangun di surga dengan empat tiang. Ketika leluhur suku Toraja turun ke bumi, dia meniru rumah tersebut dan menggelar upacara yang besar.
Ada tiga jenis tongkonan. Tongkonan layuk adalah tempat kekuasaan tertinggi, yang digunakan sebagai pusat "pemerintahan". Tongkonan pekamberan adalah milik anggota keluarga yang memiliki wewenang tertentu dalam adat dan tradisi lokal sedangkan anggota keluarga biasa tinggal di tongkonan batu. Eksklusifitas kaum bangsawan atas tongkonan semakin berkurang seiring banyaknya rakyat biasa yang mencari pekerjaan yang menguntungkan di daerah lain di Indonesia. Setelah memperoleh cukup uang, orang biasa pun mampu membangun tongkonan yang besar.

 Baju Adat Toraja
Baju adat Toraja disebut Baju Pokko' untuk wanita dan seppa tallung buku untuk laki-laki. Baju Pokko' berupa baju dengan lengan yang pendek. Sedangkan seppa tallung buku berupa celana yang panjangnya sampai dilutut. Pakaian ini masih dilengkapi dengan asesoris lain, seperti kandaure, lipa', gayang dan sebagainya.

 Alat Musik Toraja
PASSULING
Passuling ini dimainkan oleh laki-laki untuk mengiringi lantunan lagu duka (Pa'marakka) dalam menyambut keluarga atau kerabat yang menyatakan dukacitanya. Passuling ini dapat juga dimainkan di luar acara kedukaan, bahkan boleh dimainkan untuk menghibur diri dalam keluarga di pedesaan sambil menunggu padi menguning.



PA'PELLE'/PA'BARRUNG
Alat musiknya terbuat dari batang padi dan disambung sehingga mirip terompet dengan daun enau yang besar. Pa'barrung ini merupakan musik khusus pada upacara pentahbisan rumah adat (Tongkonan) seperti Ma'bua', Merok, Mangara dan sejenisnya.
PA'POMBANG/PA'BAS
Inilah musik bambu yang pagelarannya merupakan satu simponi orkestra. Dimainkan oleh banyak orang biasanya murid-murid sekolah di bawah pimpinan seorang dirigen. Musik bambu jenis ini sering diperlombakan pada perayaan bersejarah seperti hari peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI, Peringatan Hari Jadi tana Toraja. Lagu yang dimainkan bisa lagu-lagu nasional, lagu-lagu daerah Tana Toraja, lagu-lagu gerejawi, dan lagu-lagu daerah di seluruh Indonesia.
PA'KAROBBI
Alat kecil dengan benang halus diletakkan pada bibir. Benang atau bibir disentak-sentak sehingga menimbulkan bunyi yang berirama halus namun mengasyikkan.
PA'TULALI'
Bambu kecil yang halus, dimainkan sehingga menimbulkan bunyi/suara yang lumayan untuk menjadi hiburan.
PA'GESO'GESO'

Sejenis alat musik gesek. Terbuat dari kayu dan tempurung kelapa yang diberi dawai. Dawai yang digesek dengan alat khusus yang terbuat dari bilah bambu dan tali akan menimbulkan suara khas. Alat ini mengeluarkan nada sesuai dengan tekanan jari si pemain pada dawai. Pa'geso'-geso' terkenal dari Kecamatan Saluputti.

 Tarian Tradisional Tana Toraja
Tarian Pa'pangngan /Tarian Tembakau
Tarian ini dilakukan oleh gadis-gadis cantik memakai baju hitam atau gelap dan ornamen khas Toraja seperti kandaure. Pangngan Ma 'adalah menari saat menerima tamu-tamu terhormat.
Kata-kata dan penawaran sirih menunjukkan nilai ditempatkan pada kunjungan dan menegaskan bahwa para tamu telah diterima dan sekarang dianggap sebagai bagian dari masyarakat Toraja. Penawaran ini secara simbolis diungkapkan oleh masing-masing penari memegang sirih (pangngan) yang, dalam perjalanan tarian, ditempatkan dalam kantong di depan mereka. Kantong tersebut dikenakan oleh wanita lansia kebanyakan di desa-desa dan mengandung bahan untuk sirih mengunyah sirih pinang campuran, sebuah narkotika ringan yang noda gigi dan bibir yang jingga-merah. Ia menyerupai tembakau kunyah dan itulah mungkin alasan mengapa nama tarian ini diterjemahkan sebagai Tari Tembakau.
Tarian Ma'randing/Tarian Perang
Pada pemakaman besar untuk orang-kasta yang lebih tinggi, tarian prajurit yang disebut ma'randing dilakukan, untuk menyambut para tamu. pakaian Para penari 'didasarkan pada pakaian prajurit tradisional dan persenjataan. Pada dasarnya, tarian ma'randing merupakan tarian patriotik atau tarian perang. Kata ma'randing berasal dari kata randing berarti untuk memuliakan sambil menari. Tarian ini diadakan untuk menunjukkan keahlian seseorang dalam menangani senjata militer, dan untuk memuji keberanian dan kekuatan almarhum selama hidupnya. Hal ini ditarikan oleh beberapa orang, masing-masing membawa perisai besar, pedang dan berbagai ornamen.
Setiap objek yang dikenakan oleh penari memiliki arti sendiri; perisai yang terbuat dari kulit kerbau (bulalang) merupakan simbol kekayaan karena hanya orang-orang mulia dan kaya mampu kerbau mereka sendiri; pedang (Doke, bulange la'bo ', la 'bo' pinai, Todolo la'bo ') menunjukkan kesiapan untuk memerangi datangnya dan, dengan demikian, mereka melambangkan keberanian. Helm yang terdiri dari tanduk kerbau (tanduk, dimaksudkan untuk menangkis pukulan) menjadi simbol maskulinitas dan keberanian.
Tarian ini dilakukan pada upacara pemakaman seorang anggota berani bangsawan lokal. Para penari juga menemani almarhum ke tempat peristirahatan terakhir itu.
Makna asli dari tarian ini adalah untuk menjaga permusuhan jauh dari desa dan untuk melindungi gadis-gadis muda dari yang diculik oleh musuh-musuh dari desa-desa tetangga.


Ma'dandan

Dalam tarian manganda 'sekelompok orang memakai hiasan kepala raksasa koin perak (rijksdaalder), tanduk kerbau nyata dan kain sakral terbuat dari tari beludru hitam dengan bunyi bel dan suara teriakan pemimpin, ada tidak bernyanyi. Para hiasan kepala begitu berat bahwa tarian hanya berlangsung beberapa menit. Dulu pelantikan dilakukan selama rumah dan upacara panen.

 Senjata Tradisional Toraja
Suku toraja memiliki senjata tradisional yang pada zaman dulu digunakan untuk berburu dan untuk berperang. Senjata tersebut antara lain adalah tombak (doke), parang (penai), perisai (bolulong), sumpit (sumpi). Saat ini beberapa alat atau senjata tersebut hanya digunakan saat upacara atau ritual keagamaan saja.

 Kuliner Toraja
Yunmakati Pa’piong merupakan makanan khas Toraja. Papiong berupa lauk pauk untuk pelengkap makan dengan nasi. Pa’piong ini berupa lauk pauk yang dimasak denga sayuran didalam bambu, dan dimasak dengan cara dibakar. Adapun campuran sayurannya antara lain : daun bawang, serei, telor,merica, bawang putih dan bawang merah. Biasanya ada beberap pilihan isi lauknya yaitu ayam, ikan dan babi.
 Ukiran Kayu Toraja
Ukiran kayu Toraja, setiap panel melambangkan niat baik. Bahasa Toraja hanya diucapkan dan tidak memiliki sistem tulisan. Untuk menunjukkan kosep keagamaan dan sosial, suku Toraja membuat ukiran kayu dan menyebutnya Pa'ssura (atau "tulisan"). Oleh karena itu, ukiran kayu merupakan perwujudan budaya Toraja.

Setiap ukiran memiliki nama khusus. Motifnya biasanya adalah hewan dan tanaman yang melambangkan kebajikan, contohnya tanaman air seperti gulma air dan hewan seperti kepiting dan kecebong yang melambangkan kesuburan. Gambar kiri memperlihatkan contoh ukiran kayu Toraja, terdiri atas 15 panel persegi. Panel tengah bawah melambangkan kerbau atau kekayaan, sebagai harapan agar suatu keluarga memperoleh banyak kerbau. Panel tengah melambangkan simpul dan kotak, sebuah harapan agar semua keturunan keluarga akan bahagia dan hidup dalam kedamaian, seperti barang-barang yang tersimpan dalam sebuah kotak. Kotak bagian kiri atas dan kanan atas melambangkan hewan air, menunjukkan kebutuhan untuk bergerak cepat dan bekerja keras, seperti hewan yang bergerak di permukaan air. Hal Ini juga menunjukkan adanya kebutuhan akan keahlian tertentu untuk menghasilkan hasil yang baik.
Keteraturan dan ketertiban merupakan ciri umum dalam ukiran kayu Toraja, selain itu ukiran kayu Toraja juga abstrak dan geometris. Alam sering digunakan sebagai dasar dari ornamen Toraja, karena alam penuh dengan abstraksi dan geometri yang teratur. Ornamen Toraja dipelajari dalam ethnomatematika dengan tujuan mengungkap struktur matematikanya meskipun suku Toraja membuat ukiran ini hanya berdasarkan taksiran mereka sendiriAlat Musik.


2. Adat Non Fisik
 Kepercayaan Tradisional Toraja
Sistem kepercayaan tradisional suku Toraja adalah kepercayaan animisme politeistik yang disebut aluk, atau "jalan" (kadang diterjemahkan sebagai "hukum"). Dalam mitos Toraja, leluhur orang Toraja datang dari surga dengan menggunakan tangga yang kemudian digunakan oleh suku Toraja sebagai cara berhubungan dengan Puang Matua, dewa pencipta. Alam semesta, menurut aluk, dibagi menjadi dunia atas (Surga) dunia manusia (bumi), dan dunia bawah. Pada awalnya, surga dan bumi menikah dan menghasilkan kegelapan, pemisah, dan kemudian muncul cahaya. Hewan tinggal di dunia bawah yang dilambangkan dengan tempat berbentuk persegi panjang yang dibatasi oleh empat pilar, bumi adalah tempat bagi umat manusia, dan surga terletak di atas, ditutupi dengan atap berbetuk pelana. Dewa-dewa Toraja lainnya adalah Pong Banggai di Rante (dewa bumi), Indo' Ongon-Ongon (dewi gempa bumi), Pong Lalondong (dewa kematian), Indo' Belo Tumbang (dewi pengobatan), dan lainnya.
Kekuasaan di bumi yang kata-kata dan tindakannya harus dipegang baik dalam kehidupan pertanian maupun dalam upacara pemakaman, disebut to minaa (seorang pendeta aluk). Aluk bukan hanya sistem kepercayaan, tetapi juga merupakan gabungan dari hukum, agama, dan kebiasaaan. Aluk mengatur kehidupan bermasyarakat, praktik pertanian, dan ritual keagamaan. Tata cara Aluk bisa berbeda antara satu desa dengan desa lainnya. Satu hukum yang umum adalah peraturan bahwa ritual kematian dan kehidupan harus dipisahkan. Suku Toraja percaya bahwa ritual kematian akan menghancurkan jenazah jika pelaksanaannya digabung dengan ritual kehidupan. Kedua ritual tersebut sama pentingnya. Ketika ada para misionaris dari Belanda, orang Kristen Toraja tidak diperbolehkan menghadiri atau menjalankan ritual kehidupan, tetapi diizinkan melakukan ritual kematian. Akibatnya, ritual kematian masih sering dilakukan hingga saat ini, tetapi ritual kehidupan sudah mulai jarang dilaksanakan.


 Mitos Toraja
Suku Toraja yang ada sekarang ini bukanlah suku asli, tapi merupakan suku pendatang. Menurut kepercayaan atau mythos yang sampai saat ini masih dipegang teguh, suku Toraja berasal dari khayangan yang turun pada sebuah pulau Lebukan.
Kemudian secara bergelombang dengan menggunakan perahu mereka datang ke Sulawesi bagian Selatan. Di pulau ini mereka berdiam disekitar danau Tempe dimana mereka mendirikan perkampungan. Perkampungan inilah yang makin lama berkembang menjadi perkampungan Bugis. Diantara orang-orang yang mendiami perkampungan ini ada seorang yang meninggalkan perkampungan dan pergi ke Utara lalu menetap di gunung Kandora, dan di daerah Enrekang. Orang inilah yang dianggap merupakan nenek moyang suku Toraja.

 Legenda Toraja
To Lembang
Sebagai suku yang tertua nenek moyang suku-suku di Sulawesi bagian Selatan dan Tengah dapat dimulai dari sebuah Legenda To Lembang artinya orang perahu. Ribuan tahun yang lalu datanglah sekelompok manusia dalam beberapa perahu dan mendarat di sebuah pantai bernama Bungin sekarang di daerah Kab. Pinrang. Setelah mendarat mereka berupaya mencari tempat ketinggian dan akhirnya sampai ke suatu tempat bernama Rura di kaki Gunung Bamba Puang sekarang termasuk Kec. Alla Kab. Enrekang.
Di tempat tersebut mereka membangun permukiman namun polanya mengikuti bentuk dan struktur yang diwarisi semasih berada di atas perahu. Sehingga terbentuk komunitas-komunitas yang warganya berdasarkan para penghuni di masing-masing perahu. Inilah komunitas pertama yang dinamakan To Lembang (orang perahu). Pembagian kerja serta tanggung jawab diatur mengikuti semasih mereka berada berada di perahu seperti To Bendan Paloloan (Jurangan), To Massuka (Juru Masak), Bunga Lalan (Juru Batu) dan Takinan Labo (Pasukan). Oleh karena itu bentuk rumah Toraja menyerupai perahu dan selamanya menghadap dari selatan ke utara.

Daftar Pustaka

http://dicahdwicahyono.blogspot.com/
http://id.wikipedia.org/wiki/
http://kurresumanga.blogspot.com/
http://toraja-barattung.forummotion.com/forum
http://wegymantung.multiply.com/
http://yobeltoraja.blogspot.com/